Meski sempat kehilangan tiket penerbangan Lombok – Jakarta, Ustadz Husni Faesal seorang da’i asal Lombok Utara yang kini mengabdi di Pondok Pesantren Nurul Hakim, tak kehilangan asa untuk mengejar flight berikutnya menuju Gedung Dompet Dhuafa Corporate University, daerah Ciputat Tangerang Selatan. Ini merupakan hari pertama pembukaan Program Da’i Pemberdaya angkatan ke 5 yang digelar oleh Bamuis BNI bersama Institut Manajemen Zakat (IMZ).
Training para dai dan daiah dari segala penjuru Nusantara ini secara konsisten diselenggarakan dalam rangka membekali ilmu-ilmu dakwah kekinian dan menjaga semangat juang dalam memberdayakan masyarakat binaan hingga pelosok Indonesia. Berbagai mitra dakwah nasional dan daerah turut serta bersinergi mengirimkan perwakilan juru dakwahnya, diantaranya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, IKADI, Ikatan Guru Mengaji, Persatuan Islam, Pos Dai Hidayatullah, Rumah Ilmu BAZMA. Para da’i yang terpilih mengikuti capacity building gratis selama lima hari mulai 3 – 7 April 2017 setelah melalui seleksi administrasi dan rekomendasi beberapa lembaga mitra. Tak luput partisipasi dari elemen Yayasan sosial dan Pondok Pesantren hingga peserta individual juga antusias mengikuti program yang didukung penuh oleh lembaga amil zakat nasional Bamuis BNI ini. Sejumlah 28 dai dan 2 daiah yang berdomisili di Jakarta, Bengkulu, Ternate, Bandung, Palembang, Lombok Utara, Papua, Kupang, Maluku Utara, Denpasar, Kalimantan Utara, Cirebon, Bekasi, Subang, Indramayu, Sumedang, Purwokerto, Kediri, Pangandaran, Kuningan, Pontianak Barat, Tasikmalaya, Barito Utara hingga Kutai Barat ikut aktif dalam program ini.
Kompetensi inti yang diharapkan mampu diasah dalam Dai Pemberdaya ini, diantaranya penguatan semangat da’i, dakwah zakat dan wakaf, teknik copy writing dan dakwah sosial media, serta pemberdayaan sosial dan kemasyarakatan menuju kewirausahaan sosial. Setidaknya ada tiga model pemberdayaan yang harus dimiliki seorang da’i atau ujung tombak dakwah di masyarakat, yakni pemberdayaan potensi personal da’i, pemberdayaan potensi komunitas binaan dan pemberdayaan potensi umat secara luas. Ketiga pemberdayaan ini harus terus digali dan diasah agar dakwah dapat berkelanjutan dan mengakar kuat pada komunitas binaan.
Dakwah di ranah sosial media juga semakin meningkat di beberapa tahun terakhir. Atensi masyarakat, utamanya generasi milenial, terhadap facebook dan whatsapp semakin tinggi. Begitu pula di Instagram, berbagai akun dakwah juga rutin dan aktif menyebarkan konten-konten Islami serta sosialisasi program syiar. Pada Dai Pemberdaya kali ini, peserta juga diberikan materi optimalisasi dakwah dan wirausaha via sosial media. Selain dakwah, dai juga diharapkan mengembangkan bisnis atau perdagangan untuk meningkatkan kemandirian.
Setelah empat hari pembekalan di kelas Dompet Dhuafa Corporate University Ciputat Tangerang Selatan, para peserta akan dibawa untuk visit praktek kewirausahaan sosial di daerah Kampoeng Bisnis Tegalwaru, Bogor. Bersama para praktisi pemberdayaan sosial bisnis, para Da’i Pemberdaya diharapkan mampu terinspirasi dan secara teknis dapat membangun komunitas masing-masing di daerah.
By @prasetyow_ID IMZ
Meski sempat kehilangan tiket penerbangan Lombok – Jakarta, Ustadz Husni Faesal seorang da’i asal Lombok Utara yang kini mengabdi di Pondok Pesantren Nurul Hakim, tak kehilangan asa untuk mengejar flight berikutnya menuju Gedung Dompet Dhuafa Corporate University, daerah Ciputat Tangerang Selatan. Ini merupakan hari pertama pembukaan Program Da’i Pemberdaya angkatan ke 5 yang digelar oleh Bamuis BNI bersama Institut Manajemen Zakat (IMZ).
Training para dai dan daiah dari segala penjuru Nusantara ini secara konsisten diselenggarakan dalam rangka membekali ilmu-ilmu dakwah kekinian dan menjaga semangat juang dalam memberdayakan masyarakat binaan hingga pelosok Indonesia. Berbagai mitra dakwah nasional dan daerah turut serta bersinergi mengirimkan perwakilan juru dakwahnya, diantaranya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, IKADI, Ikatan Guru Mengaji, Persatuan Islam, Pos Dai Hidayatullah, Rumah Ilmu BAZMA. Para da’i yang terpilih mengikuti capacity building gratis selama lima hari mulai 3 – 7 April 2017 setelah melalui seleksi administrasi dan rekomendasi beberapa lembaga mitra. Tak luput partisipasi dari elemen Yayasan sosial dan Pondok Pesantren hingga peserta individual juga antusias mengikuti program yang didukung penuh oleh lembaga amil zakat nasional Bamuis BNI ini. Sejumlah 28 dai dan 2 daiah yang berdomisili di Jakarta, Bengkulu, Ternate, Bandung, Palembang, Lombok Utara, Papua, Kupang, Maluku Utara, Denpasar, Kalimantan Utara, Cirebon, Bekasi, Subang, Indramayu, Sumedang, Purwokerto, Kediri, Pangandaran, Kuningan, Pontianak Barat, Tasikmalaya, Barito Utara hingga Kutai Barat ikut aktif dalam program ini.
Kompetensi inti yang diharapkan mampu diasah dalam Dai Pemberdaya ini, diantaranya penguatan semangat da’i, dakwah zakat dan wakaf, teknik copy writing dan dakwah sosial media, serta pemberdayaan sosial dan kemasyarakatan menuju kewirausahaan sosial. Setidaknya ada tiga model pemberdayaan yang harus dimiliki seorang da’i atau ujung tombak dakwah di masyarakat, yakni pemberdayaan potensi personal da’i, pemberdayaan potensi komunitas binaan dan pemberdayaan potensi umat secara luas. Ketiga pemberdayaan ini harus terus digali dan diasah agar dakwah dapat berkelanjutan dan mengakar kuat pada komunitas binaan.
Dakwah di ranah sosial media juga semakin meningkat di beberapa tahun terakhir. Atensi masyarakat, utamanya generasi milenial, terhadap facebook dan whatsapp semakin tinggi. Begitu pula di Instagram, berbagai akun dakwah juga rutin dan aktif menyebarkan konten-konten Islami serta sosialisasi program syiar. Pada Dai Pemberdaya kali ini, peserta juga diberikan materi optimalisasi dakwah dan wirausaha via sosial media. Selain dakwah, dai juga diharapkan mengembangkan bisnis atau perdagangan untuk meningkatkan kemandirian.
Setelah empat hari pembekalan di kelas Dompet Dhuafa Corporate University Ciputat Tangerang Selatan, para peserta akan dibawa untuk visit praktek kewirausahaan sosial di daerah Kampoeng Bisnis Tegalwaru, Bogor. Bersama para praktisi pemberdayaan sosial bisnis, para Da’i Pemberdaya diharapkan mampu terinspirasi dan secara teknis dapat membangun komunitas masing-masing di daerah.
By @prasetyow_ID IMZ
Meski sempat kehilangan tiket penerbangan Lombok – Jakarta, Ustadz Husni Faesal seorang da’i asal Lombok Utara yang kini mengabdi di Pondok Pesantren Nurul Hakim, tak kehilangan asa untuk mengejar flight berikutnya menuju Gedung Dompet Dhuafa Corporate University, daerah Ciputat Tangerang Selatan. Ini merupakan hari pertama pembukaan Program Da’i Pemberdaya angkatan ke 5 yang digelar oleh Bamuis BNI bersama Institut Manajemen Zakat (IMZ).
Training para dai dan daiah dari segala penjuru Nusantara ini secara konsisten diselenggarakan dalam rangka membekali ilmu-ilmu dakwah kekinian dan menjaga semangat juang dalam memberdayakan masyarakat binaan hingga pelosok Indonesia. Berbagai mitra dakwah nasional dan daerah turut serta bersinergi mengirimkan perwakilan juru dakwahnya, diantaranya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, IKADI, Ikatan Guru Mengaji, Persatuan Islam, Pos Dai Hidayatullah, Rumah Ilmu BAZMA. Para da’i yang terpilih mengikuti capacity building gratis selama lima hari mulai 3 – 7 April 2017 setelah melalui seleksi administrasi dan rekomendasi beberapa lembaga mitra. Tak luput partisipasi dari elemen Yayasan sosial dan Pondok Pesantren hingga peserta individual juga antusias mengikuti program yang didukung penuh oleh lembaga amil zakat nasional Bamuis BNI ini. Sejumlah 28 dai dan 2 daiah yang berdomisili di Jakarta, Bengkulu, Ternate, Bandung, Palembang, Lombok Utara, Papua, Kupang, Maluku Utara, Denpasar, Kalimantan Utara, Cirebon, Bekasi, Subang, Indramayu, Sumedang, Purwokerto, Kediri, Pangandaran, Kuningan, Pontianak Barat, Tasikmalaya, Barito Utara hingga Kutai Barat ikut aktif dalam program ini.
Kompetensi inti yang diharapkan mampu diasah dalam Dai Pemberdaya ini, diantaranya penguatan semangat da’i, dakwah zakat dan wakaf, teknik copy writing dan dakwah sosial media, serta pemberdayaan sosial dan kemasyarakatan menuju kewirausahaan sosial. Setidaknya ada tiga model pemberdayaan yang harus dimiliki seorang da’i atau ujung tombak dakwah di masyarakat, yakni pemberdayaan potensi personal da’i, pemberdayaan potensi komunitas binaan dan pemberdayaan potensi umat secara luas. Ketiga pemberdayaan ini harus terus digali dan diasah agar dakwah dapat berkelanjutan dan mengakar kuat pada komunitas binaan.
Dakwah di ranah sosial media juga semakin meningkat di beberapa tahun terakhir. Atensi masyarakat, utamanya generasi milenial, terhadap facebook dan whatsapp semakin tinggi. Begitu pula di Instagram, berbagai akun dakwah juga rutin dan aktif menyebarkan konten-konten Islami serta sosialisasi program syiar. Pada Dai Pemberdaya kali ini, peserta juga diberikan materi optimalisasi dakwah dan wirausaha via sosial media. Selain dakwah, dai juga diharapkan mengembangkan bisnis atau perdagangan untuk meningkatkan kemandirian.
Setelah empat hari pembekalan di kelas Dompet Dhuafa Corporate University Ciputat Tangerang Selatan, para peserta akan dibawa untuk visit praktek kewirausahaan sosial di daerah Kampoeng Bisnis Tegalwaru, Bogor. Bersama para praktisi pemberdayaan sosial bisnis, para Da’i Pemberdaya diharapkan mampu terinspirasi dan secara teknis dapat membangun komunitas masing-masing di daerah.
By @prasetyow_ID IMZ
]]>