Pernahkan kita coba dan berani menghitung bahwa Zakat yang telah kita tunaikan memberikan sejumlah rezeki yang kita sendiri tidak mampu menghitungnya ? Zakat yang telah kita tunaikan tersebut memberikan kenikmatan, rezeki yang mudah, selalu mendapatkan kenikmatan berupa kesehatan, anak dan isteri yang menyenangkan hati kita atau suami serta anak yang sholeh dan sholehah ? Yang sering kita lupakan adalah kita sendiri lalai dalam membayar zakat kita. Bilamana kita lalai dalam membayar zakat, dalam sistem dan kehidupan kita tidak ada alarm ataupun tanda yang membuat kita ingat bahwa kita belum menunaikan zakat. Benarkah demikian ? Kita coba bandingkan lebih dahulu dengan pembayaran listrik atau telepon. Apabila kita terlambat membayar kedua rekening telepon ataupun listrik. Otomatis, telepon rumah kita tidak dapat kita gunakan keluar. Ataupun kalau kita terlambat membayar listrik, petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan ringan langkah akan mendatangi rumah kita untuk memutuskan sambungan listrik ke rumah kita. Bilamana kita belum membayar zakat, alarm apa yang akan kita peroleh atau kita dapatkan ? Pada umumnya kita jarang menyadarinya, atau bahkan terpikirkan oleh kita pun tidak pernah, karena alarm itu begitu lembut dan kadang tidak terasa oleh kita. Misalnya, kita lambat dalam menunaikan zakat di bulan ini, maka sebenarnya Allah SWT memberikan alarm yang lembut kepada kita dengan tanda seperti ini, Helm motor yang kita gunakan tiba – tiba jatuh dan pecah, sehingga kita harus mengeluarkan dana tambahan untuk membeli helm motor yang baru. Atau tiba tiba kita mengalami musibah harus mengeluarkan biaya opname di Rumah Sakit, karena tiba tiba kita terserang Demam Berdarah ataupun penyakit lainnya, yang sebelumnya belum pernah kita bayangkan. Berapa banyak dari kita yang lupa bahwa ayat – ayat dalam Al Quran selalu menggandengkan perintah Sholat dan Zakat dalam satu ayat ? Kita berpikir setelah kita menegakkan sholat, maka tugas kita telah selesai. Kita lupa untuk menyediakan sebagian rezeki kita untuk membayarkan Zakat, Infak ataupun Sedekah. Kita selalu membenarkan diri kita sendiri, dengan seribu satu macam alasan bahwa kita belum saatnya membayar Zakat, karena belum mampu, masih banyak kewajiban yang harus kita penuhi, gaji tidak mencukupi dan berbagai alasan lainnya. Dalam QS. Saba’, 34:39 ” Katakanlah, ” Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-NYA diantara hamba – hamba NYA dan menyempitkan(nya). Dan barang apa saja yang kau nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan DIA lah pemberi rezeki sebaik – baiknya ” Menafkahkan sebagian harta kita di jalan Allah SWT seolah – olah harta dan kekayaan kita berkurang, padahal secara hakikat menambah kekayaan yang nyata. Ada sebuah kisah nyata, seorang Satuan Pengamanan (SATPAM) sebuah mesjid yang cukup besar di Jakarta pernah bercerita bahwa sebelum dia memperoleh hadiah sebuah Sepeda Motor, dia pernah membantu membayarkan SPP anak tetangganya sebesar Rp. 300.000,- padahal di dompetnya saat itu uang yang tertinggal hanya Rp. 325.000,-. Sebuah keberanian yang cukup luar biasa, melihat kondisi dompetnya dan uang yang dimilikinya. Namun, sebagaimana yang disebutkan ayat di atas, Allah SWT akan menggantinya. Pernahkah anda menjumpai seseorang yang telah mengalami ” kecanduan ” menunaikan Zakat, Infak dan Sedekah ? Mereka yang telah merasakan manfaat dan hikmah dari membayar Zakat, merasakan ada yang kurang dalam kehidupannya, bilamana belum menunaikan pembayaran Zakat dan menambahkan dengan Infak, Sedekah dan Wakaf. Mereka merasakan sekali, berlipat gandanya rezeki yang mereka peroleh adalah karena telah menunaikan kewajiban dalam membayarkan Zakat. Dalam kondisi perekonomian yang terpuruk seperti saat ini, dana Zakat yang mereka keluarkan biasanya tetap stabil, bahkan ada yang dikeluarkan dengan jumlah lebih besar. Hasilnya, perusahaan lain di dera oleh ekonomi gonjang – ganjing, usaha yang mereka jalankan tetap dapat survive, bahkan mampu berkembang dengan baik. Pengusaha Muslim yang taat membayar zakat, biasanya mereka tidak pernah takut akan kondisi perekonomian seburuk apapun, karena sangat percaya sekali, Allah jualah yang akan melipatgandakan rezeki mereka. Ada beberapa pengusaha yang memperoleh perlipat gandaan rezekinya melalui pelaksanaan kewajiban yang seimbang antara Sholat dan Zakat. Mereka benar – benar menghayati dengan baik dan ayat – ayat Allah SMT dalam rangka mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Kebahagiaan di dunia mereka rasakan dengan hasil perolehan rezeki yang meningkat secara terus menerus. Tidak inginkah anda membayar Zakat sebesar Rp. 1 milyard ? Jadikan itu sebuah cita – cita anda, karena kalau zakatnya saja Rp. 1 milyard, anda tinggal berhitung berapa besar kekayaan anda. Namun, sudahkah anda mendirikan sholat dan menunaikan zakat ? Sebuah berpulang kepada diri kita sendiri. Wallahu a’lam.]]>