Leadership dalam Rumah Tangga Assalamu alaikum wr wb Selamat siang para pejuang ummat, saya mulai kulwapnya ya. Leadership itu ilmu yang bisa kita terapkan dalam berbagai konteks situasi. Tak cuma di pekerjaan, leadership juga kita butuhkan di rumah. Siang ini kita akan bahas bagaimana menerapkan prinsip2 leadership dalam mendidik anak di rumah. Prinsip yg sama sebenarnya dg prinsip2 leadership di pekerjaan. utk menggambarkan bahwa ilmu ini bisa dipakai dalam berbagai situasi. jangan sampai sukses jadi leader di pekerjaan, tapi gagal menjadi leader di rumah. (M Fandi) Mantap tuh materi siang ini (Wahyu) Setuju ndan Saya ambil tema spesifik ttg coaching. selama ini lebih banyak dipakai dalam konteks pekerjaan. padahal ilmu coaching juga bisa dipakai dalam mendidik anak. Ada value yg harus melekat pada kita sebagai coach, saat coaching pada bawahan maupun pada anak. Ini values yg harus diyakini untuk menjadi coach. di kantor maupun di rumah Values 1 : setiap bawahan mampu bekerja lebih baik daripada kinerja mereka sekarang. begitu juga dg anak2. anak2 itu potensinya besar. kita harus yakin mereka bisa melakukan lbh baik drpd yg mereka tunjukkan sekarang. Kelihatannya sepele. kita semua pasti setuju. tp ada saat dimana value ini diuji. saat anak susah sekali kita nasehatin, saat anak diajarin bangun sebelum subuh susah. saat anak susah menyerap pelajaran. saat anak hilang terus hafalannya. masih kan kita percaya dg value ini? Saat kita meragukan kemampuan anak, saat itulah kesabaran kita diuji Values 2: orang yg tidak ingin berubah, tidak mau melakukan perubahan. Tentu semua ingin anaknya rajin baca quran. tapi kalau anak kita malas baca quran, bisakah kita memaksa? bisa. tapi hasilnya tidak akan tahan lama. saat kita tidak di rumah, dia berhenti baca quran. Kan kita bisa saja buat peraturan di rumah. kalau tidak baca quran ada sangsinya. betul, itu bisa membuat anak tetap baca quran meskipun kita tidak ada. kenapa? karena takut hukuman. tapi saat dia tdk serumah karena kost kuliah di luar kota, baca qurannya berhenti. kenapa? karena tidak ada kita. Saya banyak menerima curhat pada orang tua yg anaknya justru malah ibadah saat pulang dari pesantren. padahal di pesantren bangun jam 3.30 pagi, qiyamullail, shalat subuh, murojaah, dll. kenapa sampai di rumah malah malas? apakah pembiasaannya gagal? tidak ada yg salah dalam pembiasaan. bahkan pembiasaan ini sangat penting. tp values 2 ini belum diterapkan. pembiasaan itu belum dibarengi dengan menumbuhkan motivasi anak. Jadi, saat kita membiasakan anak ikut shalat subuh di masjid misalnya, selipkan obrolan ringan yang membuat anak pengin shalat subuh terus. misalnya kisah tentang seorang laki2 yg oleh syaitan dibuat jatuh saat ke masjid spy tidak jadi shalat di masjid. tp dia pulang utk ganti pakaian dan berangkat lagi. gara2 itu Allah ampuni semua dosanya. jatuh lagi, balik lagi. diampuni dosa semua orang di rumahnya. Kisah2 sangat berkesan pada anak. Itu contoh saja. intinya tumbuhnya minat, motivasi, semangat, sampai anaklah yg tidak sabar menunggu kita bersiap ke masjid. Values 3: orang yang tidak yakin bisa berubah, tidak mau melakukan perubahan Ada saat dimana karyawan kita pengin berubah, tapi tidak jadi karena tidak yakin dia bisa. anak pun sering begitu. sebenarnya dia pengin, tapi tidak yakin bisa. di sinilah tugas coach. menanamkan keyakinan bahwa dia bisa Values 4. orang yang dipaksa berubah, tidak akan bertanggung jawab atas hasil perubahan. Kita bisa memaksa anak dalam mengambil keputusan. sangat bisa karena kita yg menanggung hidupnya. tp ada efek yg harus kita tanggung. anak akan cenderung cuek dg hasilnya karena bukan pilihannya. terlalu sering melakukan take over atas keputusan yg seharusnya diambil anak, akan membuat anak jadi peragu, tidak berani ambil resiko, dan meminta orang tuanya yg membantu memutuskan. Saya pernah jadi guru di bimbel. ada orang tua yg bertanya pada saya, “pak, anak saya yg kelas 3 SMA cocoknya pilih jurusan apa ya?” tanya dia sambil menunjukkan hasil ujiannya. saya balik bertanya, “anak ibu penginnya milih jurusan apa?” “anak saya sih terserah saya pak” saya langsung membayangkan pola asuh di rumahnya. mungkin sejak kecil tidak biasa ambil keputusan. bisa jadi karena keputusannya sering disalahkan orang tua sehingga jd tidak yakin dg keputusannya. Ada anak SD. laki2 kelas 3. tiap selesai mandi, ia bertanya pada ibunya, “bunda, aku hari ini pake baju yg mana?” Kenapa pilih baju saja tanya bunda? karena bundanya mrs matching, gak mau anaknya pilih pakaian yg gak cocok atas bawah. dan dia sering menyalahkan pilihan baju anak, melepaskannya dan menggantinya dg pilihan warna yg lebih matching. khair. ini dulu ya. semoga manfaat. monggo kalau mau didiskusikan. di sini banyak guru yg juga bisa sharing. saya ashar dulu dan lanjut masuk kelas training.Leadership dalam Rumah Tangga Assalamu alaikum wr wb Selamat siang para pejuang ummat, saya mulai kulwapnya ya. Leadership itu ilmu yang bisa kita terapkan dalam berbagai konteks situasi. Tak cuma di pekerjaan, leadership juga kita butuhkan di rumah. Siang ini kita akan bahas bagaimana menerapkan prinsip2 leadership dalam mendidik anak di rumah. Prinsip yg sama sebenarnya dg prinsip2 leadership di pekerjaan. utk menggambarkan bahwa ilmu ini bisa dipakai dalam berbagai situasi. jangan sampai sukses jadi leader di pekerjaan, tapi gagal menjadi leader di rumah. (M Fandi) Mantap tuh materi siang ini (Wahyu) Setuju ndan Saya ambil tema spesifik ttg coaching. selama ini lebih banyak dipakai dalam konteks pekerjaan. padahal ilmu coaching juga bisa dipakai dalam mendidik anak. Ada value yg harus melekat pada kita sebagai coach, saat coaching pada bawahan maupun pada anak. Ini values yg harus diyakini untuk menjadi coach. di kantor maupun di rumah Values 1 : setiap bawahan mampu bekerja lebih baik daripada kinerja mereka sekarang. begitu juga dg anak2. anak2 itu potensinya besar. kita harus yakin mereka bisa melakukan lbh baik drpd yg mereka tunjukkan sekarang. Kelihatannya sepele. kita semua pasti setuju. tp ada saat dimana value ini diuji. saat anak susah sekali kita nasehatin, saat anak diajarin bangun sebelum subuh susah. saat anak susah menyerap pelajaran. saat anak hilang terus hafalannya. masih kan kita percaya dg value ini? Saat kita meragukan kemampuan anak, saat itulah kesabaran kita diuji Values 2: orang yg tidak ingin berubah, tidak mau melakukan perubahan. Tentu semua ingin anaknya rajin baca quran. tapi kalau anak kita malas baca quran, bisakah kita memaksa? bisa. tapi hasilnya tidak akan tahan lama. saat kita tidak di rumah, dia berhenti baca quran. Kan kita bisa saja buat peraturan di rumah. kalau tidak baca quran ada sangsinya. betul, itu bisa membuat anak tetap baca quran meskipun kita tidak ada. kenapa? karena takut hukuman. tapi saat dia tdk serumah karena kost kuliah di luar kota, baca qurannya berhenti. kenapa? karena tidak ada kita. Saya banyak menerima curhat pada orang tua yg anaknya justru malah ibadah saat pulang dari pesantren. padahal di pesantren bangun jam 3.30 pagi, qiyamullail, shalat subuh, murojaah, dll. kenapa sampai di rumah malah malas? apakah pembiasaannya gagal? tidak ada yg salah dalam pembiasaan. bahkan pembiasaan ini sangat penting. tp values 2 ini belum diterapkan. pembiasaan itu belum dibarengi dengan menumbuhkan motivasi anak. Jadi, saat kita membiasakan anak ikut shalat subuh di masjid misalnya, selipkan obrolan ringan yang membuat anak pengin shalat subuh terus. misalnya kisah tentang seorang laki2 yg oleh syaitan dibuat jatuh saat ke masjid spy tidak jadi shalat di masjid. tp dia pulang utk ganti pakaian dan berangkat lagi. gara2 itu Allah ampuni semua dosanya. jatuh lagi, balik lagi. diampuni dosa semua orang di rumahnya. Kisah2 sangat berkesan pada anak. Itu contoh saja. intinya tumbuhnya minat, motivasi, semangat, sampai anaklah yg tidak sabar menunggu kita bersiap ke masjid. Values 3: orang yang tidak yakin bisa berubah, tidak mau melakukan perubahan Ada saat dimana karyawan kita pengin berubah, tapi tidak jadi karena tidak yakin dia bisa. anak pun sering begitu. sebenarnya dia pengin, tapi tidak yakin bisa. di sinilah tugas coach. menanamkan keyakinan bahwa dia bisa Values 4. orang yang dipaksa berubah, tidak akan bertanggung jawab atas hasil perubahan. Kita bisa memaksa anak dalam mengambil keputusan. sangat bisa karena kita yg menanggung hidupnya. tp ada efek yg harus kita tanggung. anak akan cenderung cuek dg hasilnya karena bukan pilihannya. terlalu sering melakukan take over atas keputusan yg seharusnya diambil anak, akan membuat anak jadi peragu, tidak berani ambil resiko, dan meminta orang tuanya yg membantu memutuskan. Saya pernah jadi guru di bimbel. ada orang tua yg bertanya pada saya, “pak, anak saya yg kelas 3 SMA cocoknya pilih jurusan apa ya?” tanya dia sambil menunjukkan hasil ujiannya. saya balik bertanya, “anak ibu penginnya milih jurusan apa?” “anak saya sih terserah saya pak” saya langsung membayangkan pola asuh di rumahnya. mungkin sejak kecil tidak biasa ambil keputusan. bisa jadi karena keputusannya sering disalahkan orang tua sehingga jd tidak yakin dg keputusannya. Ada anak SD. laki2 kelas 3. tiap selesai mandi, ia bertanya pada ibunya, “bunda, aku hari ini pake baju yg mana?” Kenapa pilih baju saja tanya bunda? karena bundanya mrs matching, gak mau anaknya pilih pakaian yg gak cocok atas bawah. dan dia sering menyalahkan pilihan baju anak, melepaskannya dan menggantinya dg pilihan warna yg lebih matching. khair. ini dulu ya. semoga manfaat. monggo kalau mau didiskusikan. di sini banyak guru yg juga bisa sharing. saya ashar dulu dan lanjut masuk kelas training.Leadership dalam Rumah Tangga Assalamu alaikum wr wb Selamat siang para pejuang ummat, saya mulai kulwapnya ya. Leadership itu ilmu yang bisa kita terapkan dalam berbagai konteks situasi. Tak cuma di pekerjaan, leadership juga kita butuhkan di rumah. Siang ini kita akan bahas bagaimana menerapkan prinsip2 leadership dalam mendidik anak di rumah. Prinsip yg sama sebenarnya dg prinsip2 leadership di pekerjaan. utk menggambarkan bahwa ilmu ini bisa dipakai dalam berbagai situasi. jangan sampai sukses jadi leader di pekerjaan, tapi gagal menjadi leader di rumah. (M Fandi) Mantap tuh materi siang ini (Wahyu) Setuju ndan Saya ambil tema spesifik ttg coaching. selama ini lebih banyak dipakai dalam konteks pekerjaan. padahal ilmu coaching juga bisa dipakai dalam mendidik anak. Ada value yg harus melekat pada kita sebagai coach, saat coaching pada bawahan maupun pada anak. Ini values yg harus diyakini untuk menjadi coach. di kantor maupun di rumah Values 1 : setiap bawahan mampu bekerja lebih baik daripada kinerja mereka sekarang. begitu juga dg anak2. anak2 itu potensinya besar. kita harus yakin mereka bisa melakukan lbh baik drpd yg mereka tunjukkan sekarang. Kelihatannya sepele. kita semua pasti setuju. tp ada saat dimana value ini diuji. saat anak susah sekali kita nasehatin, saat anak diajarin bangun sebelum subuh susah. saat anak susah menyerap pelajaran. saat anak hilang terus hafalannya. masih kan kita percaya dg value ini? Saat kita meragukan kemampuan anak, saat itulah kesabaran kita diuji Values 2: orang yg tidak ingin berubah, tidak mau melakukan perubahan. Tentu semua ingin anaknya rajin baca quran. tapi kalau anak kita malas baca quran, bisakah kita memaksa? bisa. tapi hasilnya tidak akan tahan lama. saat kita tidak di rumah, dia berhenti baca quran. Kan kita bisa saja buat peraturan di rumah. kalau tidak baca quran ada sangsinya. betul, itu bisa membuat anak tetap baca quran meskipun kita tidak ada. kenapa? karena takut hukuman. tapi saat dia tdk serumah karena kost kuliah di luar kota, baca qurannya berhenti. kenapa? karena tidak ada kita. Saya banyak menerima curhat pada orang tua yg anaknya justru malah ibadah saat pulang dari pesantren. padahal di pesantren bangun jam 3.30 pagi, qiyamullail, shalat subuh, murojaah, dll. kenapa sampai di rumah malah malas? apakah pembiasaannya gagal? tidak ada yg salah dalam pembiasaan. bahkan pembiasaan ini sangat penting. tp values 2 ini belum diterapkan. pembiasaan itu belum dibarengi dengan menumbuhkan motivasi anak. Jadi, saat kita membiasakan anak ikut shalat subuh di masjid misalnya, selipkan obrolan ringan yang membuat anak pengin shalat subuh terus. misalnya kisah tentang seorang laki2 yg oleh syaitan dibuat jatuh saat ke masjid spy tidak jadi shalat di masjid. tp dia pulang utk ganti pakaian dan berangkat lagi. gara2 itu Allah ampuni semua dosanya. jatuh lagi, balik lagi. diampuni dosa semua orang di rumahnya. Kisah2 sangat berkesan pada anak. Itu contoh saja. intinya tumbuhnya minat, motivasi, semangat, sampai anaklah yg tidak sabar menunggu kita bersiap ke masjid. Values 3: orang yang tidak yakin bisa berubah, tidak mau melakukan perubahan Ada saat dimana karyawan kita pengin berubah, tapi tidak jadi karena tidak yakin dia bisa. anak pun sering begitu. sebenarnya dia pengin, tapi tidak yakin bisa. di sinilah tugas coach. menanamkan keyakinan bahwa dia bisa Values 4. orang yang dipaksa berubah, tidak akan bertanggung jawab atas hasil perubahan. Kita bisa memaksa anak dalam mengambil keputusan. sangat bisa karena kita yg menanggung hidupnya. tp ada efek yg harus kita tanggung. anak akan cenderung cuek dg hasilnya karena bukan pilihannya. terlalu sering melakukan take over atas keputusan yg seharusnya diambil anak, akan membuat anak jadi peragu, tidak berani ambil resiko, dan meminta orang tuanya yg membantu memutuskan. Saya pernah jadi guru di bimbel. ada orang tua yg bertanya pada saya, “pak, anak saya yg kelas 3 SMA cocoknya pilih jurusan apa ya?” tanya dia sambil menunjukkan hasil ujiannya. saya balik bertanya, “anak ibu penginnya milih jurusan apa?” “anak saya sih terserah saya pak” saya langsung membayangkan pola asuh di rumahnya. mungkin sejak kecil tidak biasa ambil keputusan. bisa jadi karena keputusannya sering disalahkan orang tua sehingga jd tidak yakin dg keputusannya. Ada anak SD. laki2 kelas 3. tiap selesai mandi, ia bertanya pada ibunya, “bunda, aku hari ini pake baju yg mana?” Kenapa pilih baju saja tanya bunda? karena bundanya mrs matching, gak mau anaknya pilih pakaian yg gak cocok atas bawah. dan dia sering menyalahkan pilihan baju anak, melepaskannya dan menggantinya dg pilihan warna yg lebih matching. khair. ini dulu ya. semoga manfaat. monggo kalau mau didiskusikan. di sini banyak guru yg juga bisa sharing. saya ashar dulu dan lanjut masuk kelas training.]]>