Kab. Bandung – Selasa 19 November 2024, berlokasi di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Kabupaten Bandung, sebanyak 35 orang pegiat koperasi, dan perwakilan lembaga filantropi berkumpul dan berdiskusi dalam Talkshow yang merupakan pembukaan Sekolah Manajemen Koperasi untuk wilayah Jawa Barat.
“Kita ingin koperasi maju, sehingga bisa mensejahterakan anggotanya dan meningkatkan kemakmuran. Sekolah Manajemen Koperasi ini kita selenggarakan di 6 kota. Sepuluh lembaga tiap kota, maka sekitar 60 Koperasi tahun ini. Kita harapkan ekosistem ekonomi syariah semakin kuat. Sehingga, kita ingin impact ekonomi yang lebih luas. Dengan adanya Lembaga local kita dari pusat dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat local. Dengan semakin banyak lembaga lokal yang bermitra, bisa memberikan solusi dengan pemberdayaan”, terang Anna Rahmawati, Ketua Yayasan Wirausaha Indonesia Berdaya (YWIB – Indonesia Berdaya) dalam pengantarnya.
Sekolah Manajemen Koperasi merupakan program yang digagas oleh Indonesia Berdaya yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan peran kelembagaan koperasi. Tindak lanjut dari sekolah ini diharapkan memantik kolaborasi antar koperasi, terkait rantai pasok dan potensial market serta scale up usaha koperasi.
Selama 3 hari, Sekolah Manajemen Koperasi menjadi penguatan kapasitas para praktisi koperasi mitra dan jejaring Dompet Dhuafa utamanya koperasi produsen dan koperasi konsumen dengan fokus tata kelola dan business plan.
“Dari 33.098 koperasi di Jawa Barat, yang aktif sebanyak 16.530 dan yang tidak aktif 16.568. Yang banyak terdengar di media, hanya koperasi-koperasi yang bermasalah. Padahal sebenarnya banyak koperasi yang bagus dan maju. Saat ini kami fokus untuk membranding koperasi-koperasi. Kami bekerjasama dengan Rabbobank, NGO dari Singapore dan luar negeri lainnya. Kami juga berkolaborasi dengan perguruan tinggi, dengan Agritera, dengan Ikopin, Widyatama, ITB, Unpad dan lain-lain. Bagaimana koperasi dapat membangun holding-holding dan perusahaan-perusahaan”, tutur Dr. H. Supriadi, S.Ag., SH., MH, Kepala Bidang Pemberdayaan Koperasi Dinkop Provinsi Jawa Barat dalam pemaparannya.
“Koperasi hanya bagian dari Pesantren. Saya kebagian menjaga akar dari pohonnya agar tetap lestari. Mengurus pesantren menjaga akarnya. Ada 3 kunci dalam pemberdayaan: Pertama, penguatan sumber daya manusia. Santri belajar agar mereka jadi terampil. Alhamdulillah bisa masuk ke supermarket, asal kualitas bagus. Produsen lain kesulitan menjaga kontinuitas. Sedangkan di pesantren kami, santri nurut. Libur tetap nurut kerja produktif. Orang lain libur, gawena bisa 24jam. Karena nurut ama Kyai.
Yang kedua, penguatan kelembagaan. Yang ketiga, penguatan program. Sebagus apapun manusia dan lembaganya. Kalo program tidak menyentuh masyarakat, maka akan ditinggalkan. Kami tidak pernah memasang pagar gerbang di pesantren, agar Al Ittifaq selalu dekat dan bisa jadi contoh di masyarakat”, KH. Dandan Mudawaruh Falah, narasumber dari Pimpinan Ponpes Al Ittifaq menjelaskan.
“Volume usaha koperasi di Indonesia di tahun 2023 sebesar Rp 182,35 triliun, menyumbang 6.2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jika dikelola dengan baik, maka akan berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, faktor kunci keberhasilan koperasi antara lain kesadaran anggota, kecakapan pengurus/pengelola, ketersediaan modal, dan dukungan kebijakan pemerintah”, R Herry Hermawan SH. MM., Cooperation Partners Institute Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Penggiat Koperasi selaku moderator menambahkan.