Strategi Fundraising Dalam Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Capacity Building Planas PRB – IMZ 8-10 Maret 2016 “Harusnya lembaga nirlaba bisa bertahan di Indonesia. Karena kita berada di negeri para dermawan bukan negeri masyarakat yang pelit”, kata Arifin Purwakananta, Direktur Inovasi Sosial Indonesia. Kebencanaan merupakan isu yang berkelanjutan hingga hari kiamat kelak. Siapapun yang menggeluti kebencanaan maka mereka sedang menangani masa depan. Masyarakat kita ditakdirkan hidup di daerah rawan bencana, karena Indonesia merupakan salah satu daerah dari ring of fire. Dimana Indonesia merupakan negara yang sangat rawan akan bencana. Tantangan kita hari ini adalah bagaimana kita bisa membuat program-program pengurangan risiko bencana sehingga ketika terjadi bencana tidak banyak memakan korban jiwa. Oleh karena itu kita harus dapat melakukan fundraising untuk dapat mewujudkan program-program tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam fundraising, diantaranya (1) Positionong, Segmenting dan Targeting, (2) Program Design, (3) Prospecting, (4) Komunikas Marketing, (5) Kemudahan Donasi, (6) Laporan Program, (7) Data Base, (8) Reprospecting. “Pada sebagian lembaga nirlaba, fundraising retail tetap menjadi pilihan utama dalam menggalang dana. Seperti ACT, DD, PKPU, RZ dan lain-lain, mereka menjaga proporsi fundraising retail sebesar 80% untuk mejaga keberlangsungan lembaga. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan, yakni ada mimpi-mimpi, visi dari lembaga itu sendiri. Karena kita hanya jadi tukang jaitnya, semua dari mereka (donor/Korporat)”. Demikian pemaparan Arlina F. Saliman, Direktur Institut Fundraising Indonesia. Untuk bisa menjangkau korporat kita bisa mengikuti perkumpulan-perkumpulan, seperti; LSM, karyawan, pengusaha, dan lain-lain. Hal ini akan lebih efektif untuk bisa menjangkau perusahaan atau donor dibandingkan dengan kita membuat proposal dan langusung dikirimkan ke perusahaan. Ada hal yang perlu dipersiapkan untuk bertemu dengan calon donor, yaitu; (1) percaya diri, (2) komunikatif, (3) memahami produk lembaga dengan baik, (4) negosiasi. Selain Korporat Fundraising ada juga fundraising yang dapat dilakukan yakni Digital Fundraising. Kenapa Digital Fundraising? Dalam materi yang disampaikan oleh Urip Budiarto, GM Fundraising Dompet Dhuafa menyebutkan beberapa alasan : (1) Dari populasi di Indonesia sejumlah 259.1 juta jiwa, Indonesia memiliki 79.0 juta jiwa yang aktif menggunakan social media; (2) Pertumbuhan pengguna social media di Indonesia dalam satu tahun 2015-2016 sebesar 10%; (3) Rata-rata penduduk Indonesia aktif dalam social media adalah tiga jam/hari. Konsep dasar dalam melakukan digital fundraising yaitu AISAS. Penjelasan dari AISAS adalah Attention, Interes, Search, Action & Share. Jadi tantangan dalam digital fundraising adalah kita harus bisa menjadi pusat perhatian sehingga pengguna social menjadi tertarik dengan program-program kita yang akan dijalankan. Kemudian pengguna akan mencari tahu program seperti apa dan lembaga kita seperti apa, lalu ketika para pengguna media social sudah yakin dengan program kita maka mereka akan donasi dan sharing apa yang mereka laukan pada social media. Capacity Building bagi para anggota Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) ini diselenggarakan atas kerjasama IMZ, lembaga yang berfokus pada pelatihan, konsultasi dan pendampingan serta riset pemberdayaan masyarakat dengan dukungan dari Asia Pasific Alliance for Disaster Management (APAD) Indonesia dan People from Japan. Selama tiga hari, sebanyak 23 peserta dari berbagai kota mendapatkan pelatihan tentang manajemen keuangan dan akuntansi organisasi nirlaba serta strategi fundraising dalam gerakan pengurangan risiko bencana. Acara ini diselenggarakan di Hotel Blue Sky Petamburan Jakarta. Sebanyak perwakilan dari 16 organisasi yang bergerak di bidang PRB, secara aktif mengikuti pelatihan ini diantaranya Yayasan Penabulu, Lazismu, Lazis Dewan Dakwah, PP LPBI NU, MDMC, Majelis Pemberdayaan Masyarakat PWM DKI, Humanity First Indonesia, Yakkum Emergency Unit, MPBI, Portal Infaq, Rumah Dhuafa Indonesia, Dompet Dhuafa, Wanita Islam, Disaster Channel, dan Dompet Peduli Lentera Hati serta Planas PRB. Program ini dirancang untuk membekali member Planas PRB agar dapat meningkatkan keberlanjutan program dan lembaga baik dari sisi manajemen keuangan maupun kemandirian pendanaan. Salam PRB Fundraiser PRB, Go Go Go! Strategi Fundraising Dalam Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Capacity Building Planas PRB – IMZ 8-10 Maret 2016 “Harusnya lembaga nirlaba bisa bertahan di Indonesia. Karena kita berada di negeri para dermawan bukan negeri masyarakat yang pelit”, kata Arifin Purwakananta, Direktur Inovasi Sosial Indonesia. Kebencanaan merupakan isu yang berkelanjutan hingga hari kiamat kelak. Siapapun yang menggeluti kebencanaan maka mereka sedang menangani masa depan. Masyarakat kita ditakdirkan hidup di daerah rawan bencana, karena Indonesia merupakan salah satu daerah dari ring of fire. Dimana Indonesia merupakan negara yang sangat rawan akan bencana. Tantangan kita hari ini adalah bagaimana kita bisa membuat program-program pengurangan risiko bencana sehingga ketika terjadi bencana tidak banyak memakan korban jiwa. Oleh karena itu kita harus dapat melakukan fundraising untuk dapat mewujudkan program-program tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam fundraising, diantaranya (1) Positionong, Segmenting dan Targeting, (2) Program Design, (3) Prospecting, (4) Komunikas Marketing, (5) Kemudahan Donasi, (6) Laporan Program, (7) Data Base, (8) Reprospecting. “Pada sebagian lembaga nirlaba, fundraising retail tetap menjadi pilihan utama dalam menggalang dana. Seperti ACT, DD, PKPU, RZ dan lain-lain, mereka menjaga proporsi fundraising retail sebesar 80% untuk mejaga keberlangsungan lembaga. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan, yakni ada mimpi-mimpi, visi dari lembaga itu sendiri. Karena kita hanya jadi tukang jaitnya, semua dari mereka (donor/Korporat)”. Demikian pemaparan Arlina F. Saliman, Direktur Institut Fundraising Indonesia. Untuk bisa menjangkau korporat kita bisa mengikuti perkumpulan-perkumpulan, seperti; LSM, karyawan, pengusaha, dan lain-lain. Hal ini akan lebih efektif untuk bisa menjangkau perusahaan atau donor dibandingkan dengan kita membuat proposal dan langusung dikirimkan ke perusahaan. Ada hal yang perlu dipersiapkan untuk bertemu dengan calon donor, yaitu; (1) percaya diri, (2) komunikatif, (3) memahami produk lembaga dengan baik, (4) negosiasi. Selain Korporat Fundraising ada juga fundraising yang dapat dilakukan yakni Digital Fundraising. Kenapa Digital Fundraising? Dalam materi yang disampaikan oleh Urip Budiarto, GM Fundraising Dompet Dhuafa menyebutkan beberapa alasan : (1) Dari populasi di Indonesia sejumlah 259.1 juta jiwa, Indonesia memiliki 79.0 juta jiwa yang aktif menggunakan social media; (2) Pertumbuhan pengguna social media di Indonesia dalam satu tahun 2015-2016 sebesar 10%; (3) Rata-rata penduduk Indonesia aktif dalam social media adalah tiga jam/hari. Konsep dasar dalam melakukan digital fundraising yaitu AISAS. Penjelasan dari AISAS adalah Attention, Interes, Search, Action & Share. Jadi tantangan dalam digital fundraising adalah kita harus bisa menjadi pusat perhatian sehingga pengguna social menjadi tertarik dengan program-program kita yang akan dijalankan. Kemudian pengguna akan mencari tahu program seperti apa dan lembaga kita seperti apa, lalu ketika para pengguna media social sudah yakin dengan program kita maka mereka akan donasi dan sharing apa yang mereka laukan pada social media. Capacity Building bagi para anggota Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) ini diselenggarakan atas kerjasama IMZ, lembaga yang berfokus pada pelatihan, konsultasi dan pendampingan serta riset pemberdayaan masyarakat dengan dukungan dari Asia Pasific Alliance for Disaster Management (APAD) Indonesia dan People from Japan. Selama tiga hari, sebanyak 23 peserta dari berbagai kota mendapatkan pelatihan tentang manajemen keuangan dan akuntansi organisasi nirlaba serta strategi fundraising dalam gerakan pengurangan risiko bencana. Acara ini diselenggarakan di Hotel Blue Sky Petamburan Jakarta. Sebanyak perwakilan dari 16 organisasi yang bergerak di bidang PRB, secara aktif mengikuti pelatihan ini diantaranya Yayasan Penabulu, Lazismu, Lazis Dewan Dakwah, PP LPBI NU, MDMC, Majelis Pemberdayaan Masyarakat PWM DKI, Humanity First Indonesia, Yakkum Emergency Unit, MPBI, Portal Infaq, Rumah Dhuafa Indonesia, Dompet Dhuafa, Wanita Islam, Disaster Channel, dan Dompet Peduli Lentera Hati serta Planas PRB. Program ini dirancang untuk membekali member Planas PRB agar dapat meningkatkan keberlanjutan program dan lembaga baik dari sisi manajemen keuangan maupun kemandirian pendanaan. Salam PRB Fundraiser PRB, Go Go Go! Strategi Fundraising Dalam Gerakan Pengurangan Risiko Bencana Capacity Building Planas PRB – IMZ 8-10 Maret 2016 “Harusnya lembaga nirlaba bisa bertahan di Indonesia. Karena kita berada di negeri para dermawan bukan negeri masyarakat yang pelit”, kata Arifin Purwakananta, Direktur Inovasi Sosial Indonesia. Kebencanaan merupakan isu yang berkelanjutan hingga hari kiamat kelak. Siapapun yang menggeluti kebencanaan maka mereka sedang menangani masa depan. Masyarakat kita ditakdirkan hidup di daerah rawan bencana, karena Indonesia merupakan salah satu daerah dari ring of fire. Dimana Indonesia merupakan negara yang sangat rawan akan bencana. Tantangan kita hari ini adalah bagaimana kita bisa membuat program-program pengurangan risiko bencana sehingga ketika terjadi bencana tidak banyak memakan korban jiwa. Oleh karena itu kita harus dapat melakukan fundraising untuk dapat mewujudkan program-program tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam fundraising, diantaranya (1) Positionong, Segmenting dan Targeting, (2) Program Design, (3) Prospecting, (4) Komunikas Marketing, (5) Kemudahan Donasi, (6) Laporan Program, (7) Data Base, (8) Reprospecting. “Pada sebagian lembaga nirlaba, fundraising retail tetap menjadi pilihan utama dalam menggalang dana. Seperti ACT, DD, PKPU, RZ dan lain-lain, mereka menjaga proporsi fundraising retail sebesar 80% untuk mejaga keberlangsungan lembaga. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan, yakni ada mimpi-mimpi, visi dari lembaga itu sendiri. Karena kita hanya jadi tukang jaitnya, semua dari mereka (donor/Korporat)”. Demikian pemaparan Arlina F. Saliman, Direktur Institut Fundraising Indonesia. Untuk bisa menjangkau korporat kita bisa mengikuti perkumpulan-perkumpulan, seperti; LSM, karyawan, pengusaha, dan lain-lain. Hal ini akan lebih efektif untuk bisa menjangkau perusahaan atau donor dibandingkan dengan kita membuat proposal dan langusung dikirimkan ke perusahaan. Ada hal yang perlu dipersiapkan untuk bertemu dengan calon donor, yaitu; (1) percaya diri, (2) komunikatif, (3) memahami produk lembaga dengan baik, (4) negosiasi. Selain Korporat Fundraising ada juga fundraising yang dapat dilakukan yakni Digital Fundraising. Kenapa Digital Fundraising? Dalam materi yang disampaikan oleh Urip Budiarto, GM Fundraising Dompet Dhuafa menyebutkan beberapa alasan : (1) Dari populasi di Indonesia sejumlah 259.1 juta jiwa, Indonesia memiliki 79.0 juta jiwa yang aktif menggunakan social media; (2) Pertumbuhan pengguna social media di Indonesia dalam satu tahun 2015-2016 sebesar 10%; (3) Rata-rata penduduk Indonesia aktif dalam social media adalah tiga jam/hari. Konsep dasar dalam melakukan digital fundraising yaitu AISAS. Penjelasan dari AISAS adalah Attention, Interes, Search, Action & Share. Jadi tantangan dalam digital fundraising adalah kita harus bisa menjadi pusat perhatian sehingga pengguna social menjadi tertarik dengan program-program kita yang akan dijalankan. Kemudian pengguna akan mencari tahu program seperti apa dan lembaga kita seperti apa, lalu ketika para pengguna media social sudah yakin dengan program kita maka mereka akan donasi dan sharing apa yang mereka laukan pada social media. Capacity Building bagi para anggota Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) ini diselenggarakan atas kerjasama IMZ, lembaga yang berfokus pada pelatihan, konsultasi dan pendampingan serta riset pemberdayaan masyarakat dengan dukungan dari Asia Pasific Alliance for Disaster Management (APAD) Indonesia dan People from Japan. Selama tiga hari, sebanyak 23 peserta dari berbagai kota mendapatkan pelatihan tentang manajemen keuangan dan akuntansi organisasi nirlaba serta strategi fundraising dalam gerakan pengurangan risiko bencana. Acara ini diselenggarakan di Hotel Blue Sky Petamburan Jakarta. Sebanyak perwakilan dari 16 organisasi yang bergerak di bidang PRB, secara aktif mengikuti pelatihan ini diantaranya Yayasan Penabulu, Lazismu, Lazis Dewan Dakwah, PP LPBI NU, MDMC, Majelis Pemberdayaan Masyarakat PWM DKI, Humanity First Indonesia, Yakkum Emergency Unit, MPBI, Portal Infaq, Rumah Dhuafa Indonesia, Dompet Dhuafa, Wanita Islam, Disaster Channel, dan Dompet Peduli Lentera Hati serta Planas PRB. Program ini dirancang untuk membekali member Planas PRB agar dapat meningkatkan keberlanjutan program dan lembaga baik dari sisi manajemen keuangan maupun kemandirian pendanaan. Salam PRB Fundraiser PRB, Go Go Go!]]>