SROI dianggap ampuh untuk mengukur dari dampak sosial.
Ada 8 prinsip SROI, yang dulunya 7. Masih ada penyelewangan yang dianggap wajar.
Hampir 83 cerita yang didapatkan, SROI menjadi sesuatu yang besar tapi dalam perjalanannya tidak semulus seperti yang diharapkan para foundernya dulu.
Ada cerita agak lain dalam menghitung SROI:
Purnomo (Sekjen SVI), Jalal, Wahyu Aris Darmono.
Beberapa cerita:
1. Dokumen mengada2, ada pengadaan desa fiktif,
2. Perhitungan bisa diedit2, hasil SROI bisa sesuai pesanan
3. Claim yang berlebihan, proses kuantifikasi yang kurang tepat, nilai SROI disharmonis dari kalangan stakeholder
4. Prediksi bisa kebermanfaatan, dari 1 Rp jadi 2 Rp, yang berusaha untuk menghitung sendiri malah tidak sesuai, karena buahnya ber
5. Baru menghitung 1 bulan, forecasting bisa?
6. Ada beberapa akademisi yang menyampaikan “agak lain”,
Jalal:
Perayaan 10 tahun SROI di Indonesia (Mulai ada tahun 2014). Sekarang sudah banyak perkembangannya.
1. Bukan hanya di level output, outcome atau impact harus juga dipertajam
2. Orang finance nanya duit jadi apaan? maka SROI bisa jawab.
3. SROI berstandar Internasional, sehingga orang dari luar pun bisa membaca hasilnya. Bagaimana efisiensi dan efektivitasnya.
Kalau mau diwujudkan perlu kompetensi dan integritas. Laporan SROI yang dilakukan beberapa perusahaan masih ada kesenjangan. Kecewa, dongkol, marah, tapi tidak ingin marah2, tidak ingin serius, apalagi negatif, gosip ajalah disini.
Agak Laen, film horror dan comedy agak tepat untuk menangkap suara hati kami. Baca kengaurannya kami ngakak, tapi ngaurnya itu horror banget. Ekspektasinya: Indonesia gak main2 dengan SROI, dg alat kinerja berkelanjutan, biar optimal dan maksimal.
Purnomo:
1. Kenapa sekarang SROI berada pada kondisi yang berbahaya? Karena kan SROI itu menghitung outcome, Dampak dari investasi yang dilakukan. Hasil SROI harus menjadi bagian dari landasan manajemen dalam mengambil keputusan agar program nanti ke depan mau seperti apa? Kalau ternyata hasil perhitungannya salah, maka keputusan yang diambil oleh manajemen juga bisa jadi salah.
2. Khawatir malah banyak jurus SROI yang baru. Ada banyak terjadi di banyak tempat, hari Seninnya award, hari Jum’atnya dibikin, isinya? bikin ngakak.
Aris Darmono:
1. Ada aturan yang mandatory untuk menggunakan SROI sebagai alat ukur, itu satu2nya di Dunia ya di Indonesia
2. Prosesnya harus benar, salah satu bagian agak lain karena mandatory tadi. Salah satu manfaatnya agar kawan2 di Comdev tidak berantem melulu dg orang2 di Finance. SROI awalnya digunakan oleh internal, agar manajemen faham dengan apa yang dilakukan oleh Comdev.
3. Banyak orang yang mau pensiun dari operation, dialihkan ke Comdev. Supaya kerjaan makin benar ya ada SROI ini.
4. Investasi yang tidak cepat balik. Karena tidak ada perusahaan yang mau pake. Kita belum bisa menjelaskan kepada public, setelah mandatory barulah perusahaan menggunakan itu.
5. Horor itu ketika sudah dipesan. Pak, hitungin SROI nya. SROI itu dipake untuk : Perencanaan (Forecast) ada ToC, ada LFA, Implementasi, diakhir ada SROInya., Dokumen perencaan tidak ada, LFA tidak ada maka SROI nya agak susah untuk dihitung.
6. SROI Evaluatif, berapa persen dugaan kalian, SROI evaluatif vs tanpa perencaan yang mengacu pada SROI? TOC dan LFA di depannya. Bisa apa nggak? ya bisa.
7. Ngitung SROI itu cepat yang lama itu pembuatan di awalnya melibatkan team project management.
8. Ada SROI Forecast itu dilakukan di awal saat desain program.
1. Pelibatan pemangku kepentingan ini mutlak. Tidak bisa mengklaim dengan logika kita aja. itu menyimpang, dan kesalahan besar.
2. yang paling berhak menyatakan perubahan itu kan stakeholder bukan konsultan (fasilitator).
3. Banyak laporan yang juga kurang manfaat, yang nulis tidak pernah melihat dokumen perencanaannya. Saat dokumen itu perencanaannya tidak ada, maka dibuatlah oleh konsultan, hanya saja imajinasinya kurang oke, sehingga banyak manfaat yang salah. Underclaim.
4. Intended outcomenya tidak diomongin secara baik. Outcomenya ada 92 biji. mana adaa.. pas dilihat, setiap event dihitung sebagai benefit.
5. Ngitung SROI 2 minggu itu horor, coba ada juga yang ngitung SROI 2 minggu untuk 5 program, level horornya ada dimana tuh?
6. Setiap activity dibuat Outcome? Tidak boleh. Gaji konsultan dihitung sebagai manfaat? tidak boleh,
1. Konsultan dan Peurasahaan harus ada kesepakatan: Identifikasi Stakeholder, Apa yang berubah, Cara ngitung benefit caranya bagaimana? pake harga pasar atau apa? Peningkatan pendapatan, yang dimaksud peningkatan itu apa? Proses ini jangan di bypess, Satu dua hari konsultan dan perusahaan harus duduk bareng. Bikin Peta outcome, kalau gak ada peta perencanaannya. Biar jadi learning process. Setelah SROI nya sudah ada, harus ada sense making, diskusi, workshop terakhir, Anda Convinience dg SROI sigini? Verifikasi hasil. Biar tidak ada dapat laporan SROI setebal kasur, outcomenya 92, dst..
2. Banyak banget, orang bikin promosi SROI yang versi 7 prinsip. Ngakunya pakar dll.. padahal sekarang kan prinsipnya ada 8. Be Responsive “Kalau SROI sudah perhitungan, masa perthitungan aja, informasi2nya harus bisa digunakan oleh manajemen untuk membuat strategi memaksimalkan dampak”
3. Banyak juga perusahaan ngitung SROI di project yang sama. Projectnya 100 juta, biayanya sekian puluh juta rupiah, itu gak makesense, biaya ngitung SROI nya gede itu gak makesense, dari pada kaya gitu mending untuk upscale project. Biar dapat award? biar dapat proper optimal?
4. Ada kelemahan di konsultan, jarang dapat di laporan mengenai rekomendasi. Misal LFA nya perlu dirubah bagaimana? LFAnya bagaimana? dan lain-lain. Sensitivity analysis. Sebagai bagian pendukung prinsip ke-8. Be Responsive.
5. Bukankah selama ini kita buat rekomendasi untuk merubah intervensi? sebelum prinsip ke-8 itu nongol.
IMZ menyediakan layanan riset pengukuran atau kaji dampak program salah satunya adalah Social Return on Investment (SROI). Untuk lebih lanjut terkait layanan tersebut silakan menghubungi Nini 0851-5538-1518 | Agung 0857-1111-3307