Ciputat, 5 Desember 2011
Baznas dan Dompet Dhuafa akan menambah jangkauan penerima manfaat.
Terhambatnya akses pendidikan bagi kalangan tak mampu mengundang perhatian besar lembaga-lembaga amil zakat (LAZ). Program-program di bidang pendidikan digulirkan agar kaum lemah itu dapat merasakan bangku sekolah. Setidaknya, ada dua entitas LAZ yang memberikan perhatian pada program pendidikan, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Dompet Dhuafa (DD) Menurut Direktur Pelaksana Baznas, Teten Kustiawan, lemahnya pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor pemicu kemiskinan. Dimensi pendidikan bisa berarti luas, bukan sekadar pengua saan ilmu formal, melainkan juga keterampilan. Karena itu, pro gram pemberdayaan pendidikan lembaga yang berdiri pada 2001 itu meliputi tiga program besar, yaitu, pertama, Beasiswa SD sampai SMA dengan tambahan bim bingan belajar untuk kelas tiga. Khusus bimbingan belajar, program itu berjalan di empat kota besar, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Makassar, dan Balikpapan. Dalam pelaksanaannya, Baznas menggandeng pusat bimbingan belajar ternama. Kemudian, program pendidikan lainnya ialah Sa tu Keluarga Satu Sarjana (SKSS). Program beasiswa full itu berasrama. Mereka mendapat pembekalan life skill. Syarat SKSS ialah di keluarga tersebut belum mempunyai generasi sarjana. Program itu telah terlaksana bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri umum dan perguruan tinggi negeri Islam. Program terakhir adalah Beasiswa Umum mencakup pelajar di berbagai ting katan yang mengalami kesulitan biaya. Target pada 2012, Baznas akan menambah jangkauan dan jumlah penerima manfaat. Baznas juga berencana merealisasikan pesantren mahasiswa di beberapa titik. Pesantren itu dibentuk sebagai tempat pembekalan agama dan keterampilan bagi mereka yang kurang mampu. “Target kita ingin tambah titik dan jumlah peserta,” kata Teten kepada Republika, di Jakarta, Ahad (4/12) Kualitas program Direktur Eksekutif DD, Ahmad Juwaini, menyebutkan tengah melaksanakan beberapa program pendidikan mulai sekolah gratis SMART Excelencia Indonesia (EI) di Parung, Bogor untuk tingkatan SMP-SMA, Beasiswa Studi Etos bagi Mahasiswa, dan Beasiswa Studi Aktivis. DD juga berupaya meningkatkan kualitas pendidik dengan memberikan pelatihan dan pengembangan melalui Sekolah Guru Exvelencia Indonesia. Lembaga yang berdiri pada 1994 itu memberikan pela tih an keterampilan dan kewi rausahaan lewat Institut Kemandirian. Menurut Juwaini, keberadaan program-program itu cukup efektif, terutama dalam mendorong kualitas pendidikan kaum dhuafa. Tak kurang dari 95 persen alumni EI diterima di perguruan tinggi bonafide dan di jurusan favorit, seperti kedokteran, ilmu komputer, dan teknik elektro. Namun disadari, pemberdayaan pendidikan itu belum cukup. Dan, langkah selanjutnya ialah mengarahkan mereka agar mampu mandiri serta menjadi para donator atau muzaki. “Kita terus kembangkan mereka,” katanya. Pada tahun depan DD menargetkan peningkatan kuantitas penerima manfaat. Selain itu, meningkat kan kua litas program agar berjalan dengan baik. Target DD ingin mendirikan perguruan tinggi yang diperuntukkan bagi kalangan tak mampu. “Perizinannya tengah diurus,” imbuhnya. ed: asep nur zaman PROGRAM PENDIDIKAN LEMBAGA AMIL ZAKAT BAZNAS – Skala: Nasional – Beasiswa SD- SMA: 2.000 siswa penerima manfaat – Bimbingan Belajar: Jakarta, Yogyakarta, Makassar, dan Balikpapan – Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) dan Beasiswa Umum: 350 mahasiswa – Alokasi Dana per Tahun: Rp 6 miliar DOMPET DHUAFA – Skala: Nasional – SMART Excelencia Indonesia ( EI): 3 gelombang lulusan @ 35-40 orang. – Beasiswa Studi Mahasiswa: 600 mahasiswa – Sekolah Guru Excelencia Indonesia: 9.000 peserta – Institut Kemandirian: 1.000 peserta – Alokasi Dana per Tahun: Rp 10-15 miliar
Sumber : republika.co.id
]]>