• Phone: 085215646958
  • training@imz.or.id
Stay Connected:

Ciputat, 3 September 2011

Potensi zakat bukan sekadar diukur dengan angka, melainkan juga nilai-nilainya.

Damanhuri Zuhri Kesadaran umat Islam untuk membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) terus meningkat. Selama Ramadhan 1432 H, perolehan ZIS yang dihimpun berbagai lembaga amil zakat meningkatkan signifikan. “Berdasarkan data, hingga akhir Ramadhan tahun ini, Dompet Dhuafa Republika (DDR) berhasil menghimpun dana sekitar Rp 53,54 miliar,” ujar Direktur Program DDR Yuli Pujihardi, Jumat (2/9). Dari total dana yang dihimpun itu, kata dia, sebesar Rp 41 miliar uang ZIS dan 12,5 miliar berbentuk wakaf. Perolehan dana titipan umat melalui DDR melonjak 75,72 persen dibanding Ramadhan tahun lalu. Menurut Yuli, penerimaan ZIS tahun 1431 H sebesar Rp 30,46 miliar. Pihaknya mengaku, kenaikan perolehan ZIS yang cukup signifikan tersebut tak lepas dari upaya promosi yang dilakukan DDR dengan menggandeng sejumlah tokoh, seperti Mario Teguh, Ustaz Jefry Al Buchary, dan artis Inneke Koesherawati. Yuli menegaskan, zakat bukanlah sekadar umpan yang diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Karena itu, agar risalah zakat dapat direalisasi, selain pendekatan biasa, maka sangat diperlukan pendekatan ekonomi dan sosial. Menurutnya, jika dikelola dengan benar, zakat akan berdampak pada tatanan ekonomi dan sosial di masyarakat dan akan semakin mengukuhkan masyarakat Muslim. LAZ Al Azhar Peduli Umat pun mencatat kenaikan perolehan ZIS pada Ramadhan 1432 H. Menurut Direktur LAZ Al Azhar Peduli Umat Anwar Sani, tahun ini, dana ZIS yang dihimpun mencapai Rp 4 miliar, padahal tahun lalu hanya sebesar Rp 3 miliar. Menurut Anwar Sani, potensi zakat bukan sekadar diukur dengan angka, melainkan juga potensi zakat yang harus dibangun oleh organisasi pengelola zakat adalah value zakat. “Nilai-nilai yang ada di dalam ibadah zakat; kemandirian, harga diri, keadilan, dan budaya hidup berbagi harus terus ditumbuhkan,” paparnya. Sani mencontohkan, pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis, sampai sulit untuk mencari orang yang mau menerima zakat. “Saya memahami bukan penghimpunan zakat pada masa itu besar, melainkan seluruh rakyat mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah zakat.” Nilai-nilai itu, antara lain, kemandirian, kerja keras, harga diri, dan tidak punya budaya meminta-minta. Menurut dia, itulah potensi zakat sesungguhnya. Dari Makassar dilaporkan, Masjid Al Markaz Al Islami juga berhasil mengumpulkan zakat senilai Rp 310 juta pada Ramadhan tahun ini. Menurut Manajer Eksekutif Pengelola Zakat Al Markaz Al Islami Masykur Yusuf, raihan ZIS itu meningkat 28 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 235 juta. Sementara itu, Badan Amil Zakat Daerah (Bazda) Kota Padang, Sumatra Barat, pada periode Januari-Agustus 2011, telah menyalurkan zakat sebesar lebih dari Rp 56 miliar. Kenaikan perolehan ZIS juga dialami BAZ Kota Bogor. Pada Ramadhan 1432 H, BAZ Kota Bogor mampu mengumpulkan ZIS sebesar Rp 6,6 miliar. “Alhamdulillah jumlah penerimaan tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 117,22 persen,” kata Ketua BAZ Kota Bogor Endang Oman. Pengamat ekonomi, A Shomad, menegaskan, zakat mampu memperkuat ekonomi masyarakat jika dimanfaatkan dan dikelola secara profesional dan tidak bersifat konsumtif. “Kita mengajak masyarakat menjadikan zakat untuk memberdayakan ekonomi rakyat yang dikelola secara profesional karena bila dihimpun dengan baik, akan mendapatkan dana yang tidak sedikit,” ujarnya di Jambi, Kamis (2/9). Pihaknya berharap, BAZ dapat mengumpulkan dan mengelola zakat secara produktif sehingga dapat membantu perbaikan ekonomi masyarakat miskin.

Sumber : republika.co.id

]]>

Kirim Pesan
Join Chat
Assalaamualaikum Wr.Wb

Terima kasih telah mengunjungi IMZ – Your Strategic Partner for Training, Research, & Development.

Ada yang bisa kami bantu ?
Klik tombol kirim pesan dibawah ini.