Pengabaian paradigma marketing dalam pengelolaan organisasi nirlaba, sering menjadi kendala sukses. Para fungsionarisnya kurang tajam (atau malah tidak) berhitung perspektif strategik, analisis potensi, dan “pasar yang dibidik”. Item pemikiran mengenai stakeholder, brand image, core competence, kurang (atau malah tidak) menjadi perhatian penting dalam mengelola organisasi. Padahal, organisasi nirlaba memiliki sumberdaya yang harus diolah dan dikembangkan, baik berupa dana program maupun sumberdaya manusia. Saatnya, fungsionaris organisasi nirlaba berparadigma marketing. Ia harus meningkatkan kapasitas semua sumberdaya manusia di dalamnya, agar piawai menjalankan organisasinya, solid dalam mengkoordinasi operasi, serta menguasai teknologi pengembangan produk. Agar sumberdaya organisasi nirlaba “bernilai jual”, mereka benar-benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang “dijual” dan “seni menjual” yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing. Berikut ini, sembilan prinsipnya – tertinspirasi dari pandangan Hermawan Kartajaya. Prinsip (1) Segmentation : view your market creatively. Segmentasi adalah view your market creatively, artinya organisasi nirlaba harus melihat “pasar”nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. Siapa sesungguhnya pasar organisasi nirlaba? Pasar organisasi nirlaba secara garis besar adalah konstituennya, salah satunya adalah pihak-pihak donor. Organisasi nirlaba harus melihat pasarnya secara kreatif, karena tiap donor, berbeda karakter. Karakter individual donor beragam, begitu juga karakter donor perusahaan. Cermati lebih detail pasar besar donor Anda, jangan melihatnya sebagai hutan, tetapi masukilah hutan, maka Anda akan melihat di dalamnya ada berbagai jenis pohon. Lakukan segmentasi, yaitu pengelompokan berdasarkan kesamaan karakter. Fahamilah karakteristik kelompok dan ambillah sikap dan perilaku yang khas terhadap tiap segmen donor yang mirip tadi sehingga bisa meraih manfaat maksimal. Prinsip (2) Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada pada “target pasar” donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga. Jangan mati-matian menyasar donor yang kurang pas dengan karakteristik organisasi. Luangkan waktu dan penyasaran sumberdaya seefektif mungkin, karena sumberdaya kita terbatas (waktu, tenaga, atau pikiran). Sesuaikan, organisasi Anda paling pas menyasar pasar donor yang mana. Pusatkanlah perhatian Anda ke sana, agar tidak perlu ada sumberdaya yang tersia-sia. Jangan ibarat Rambo yang mengobral banyak peluru, tetapi jadilah sniper yang fokus dan hanya menyasar peluru pada sasaran yang jelas, memilih sasaran target pasar utama. Pilih sasaran dengan possibility yang besar untuk menerima proposal Anda. Prinsip (3) Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus sanggup meyakinkan stake holder. Ini terkait pada positioning apa yang dipilih sebuah organisasi nirlaba. Ia harus mampu menunjukkan positioning-nya. Pimpinlah konstituen/stake holder sampai mereka percaya pada organisasi Anda. Untuk unggul, organisasi nirlaba tidak perlu sama dengan lainnya. Justru ia harus mampu menunjukkan keunikannya, pada hal yang sudah menjadi pilihan positioning-nya sampai hal ini merasuki benak stakeholder. Siapapun stakeholder/konstituen organisasi nirlaba itu, tunjukkan bahwa organisasi Anda punya positioning berbeda dibanding yang lain. Untuk meraih kredibilitas, sebuah organisasi nirlaba perlu: (1) sadar kemampuan dan potensi diri; (2) membuat stakeholder percaya oprganisasi Anda unik dan buktikan keunikan itu sampai mereka percaya; (3) tunjanglah itu dengan bukti track record selama ini Prinsip (4) Differentiation: integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya. Content adalah about what to offer, program apa yang ditawarkan sebuah organisasi nirlaba; sedangkan context, how to offer, bagaimana cara menyampaikan isi kepada khalayak. Tak ada organisasi nirlaba yang bermaksud jelak. Semua mengusung nilai-nilai luhur untuk kebaikan, tapi hanya karena salah menyampaikan, buruknya cara mengkomunikasikan gagasan, memberi kesan sangar, arogan, emosional, maka maksud baik tadi akan gagal memperoleh dukungan konkret. Malah, cenderung dihindari orang. Orang menjadi enggan berhubungan dengan organisasi yang cara berkomunikasinya buruk. Tips mengintegrasikan content dan context: (1) tentukan kekuatan lembaga Anda, diferensiasi pada content ataukah context. Kalau belum mampu melakukan differensiasi content, minimal lakukan differensiasi context, misalnya pada gaya penyampaiannya, meski lebih baik jika diferensiasi itu bisa dilakukan pada keduanya (baik content maupun context). (2) Cocokkan diferensiasi yang Anda pilih dengan positioning organisasi yang telah Anda tetapkan. Positining, sejatinya adalah strategi. Segmentation, targeting dan positioning (prinsip pertama-kedua, ketiga), adalah strategi marketing (sosial), sedangkan diferensiasi adalah unsur taktik. (3) Yakinkan bahwa content dan context telah terintegrasi dengan baik. Kalau sebuah organisasi memutuskan menjadi organisasi community development, jangan sampai pencitraannya lebih menonjolkan kesan karitatifnya. Prinsip (5) Marketing Mixed: integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen. Produk ini harus konkret. Jika sebuah organisasi nirlaba menyatakan, ia menempatkan diri pada posisi tertentu, ini belum konkret. Tetapi kalau ia mampu mengkomunikasikan kemampuannya (programnya), dan berapa dana yang diperlukan untuk mewujudkan itu, dan apa indikator keberhasilannya (apa yang mau diraih), itu baru konkret. Gabungan antara product dan price disebut “offer” (apa yang ditawarkan organisasi nrilaba kepada konstituen/stakeholder). Ia harus menawarkan diri dalam arti apa service yang dimilkikinya dan untuk itu ia harus menatapkan berapa dana dibutuhkan (price). Organisasi nrilaba, juga harus diakses melalui place and promotion. Bagaimana publik bisa mengakses, melalui jalur apa untuk mengakses organisasi Anda? Apa jasa yang ditawarkan organisasi Anda? Apakah ditawarkan langsung/direct channel semisal permintaan sumbangan langsung: (direct mail) ataukah menggunakan channel, misalnya melalui media massa, social marketer, iklan layanan sosial di televisi, atau website. Dalam merancang marketing mix, organisasi nirlaba harus kembali pada differensiasi; ia mau different di bidang apa. Lakukanlah sesuatu secara berkesinambungan, agar sanggup membuat khalayak mengingat differensiasi organisasi nirlaba Anda. Jangan lupa, lakukan marketing mix organisasi nirlaba anda sedemikian rupa sehingga mudah diterima khalayak. Prinsip (6) Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda. Prinsip ini, how to sell. Orang kerap menyamakan selling dengan marketing. Padahal, selling adalah bagaimana mengintegrasikan antara organisasi anda, pelanggan (konstituen) dan hubungan yang terbangun tersebut. Kalau mau menjual organisasi nirlaba, bangun dulu relationship antara Anda dan customer (konstituen), integrasikanlah lebih dulu baru melakukan penawaran. Jangan lakukan hard selling! Gaya “tembak langsung“ biasanya gagal. Menjual barang di supermarket, memang bisa dengan hard selling, mencantumkan harga dan membiarkan orang datang mengambil barang. Berbeda dengan menjual organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba memerlukan soft selling, Mantapkanlah interaksi anda dengan market Anda, sehingga dari interaksi itu muncul kesempatan melakukan penjualan. Kalau segmentation, targeting dan positioning termasuk strategi marketing, selling, termasuk taktik (selain differentiation dan marketing mix). Hal yang perlu diwaspadai: (1) Diferensiasinya yang oke bukan jaminan sukses organisasi nirlaba. Biasanya karena gagal dalam selling, program organisasi Anda sepi dukungan. (2) Kalaupun bisa meyakinkan orang sehingga mendonasikan dananya untuk program Anda, tetapi jika organisasi Anda gagal merawat relationship, program Anda menjadi short-term, tak bakal ada sokongan lanjutan. Relationship harus berlangsung terus-menerus, sampai tercipta customer bonding, ikatan dengan pelanggan. Maka akhirnya ikatan ini bukan lagi sekadar merupakan financial bonding berparadigma untung-rugi, melainkan emotional bonding, bahkan pada saatnya mencapai spiritual bonding. Artinya, seluruh rangkaian hubungan itu, membuat organisasi Anda masuk dalam batin stakeholder. Ini secara nyata menguatkan organisasi. Selling sendiri ada beberapa jenis. Pertama, feature selling. Di sini, sebuah organisasi menawarkan layanan-layanan lebih dibanding organisasi lainnya. Pada contoh kasus Dompet Dhuafa, misalnya, bagi donatur, organisasi memberi kemudahan berdonasi (melalui counter/gerai di pusat-2 keramaian, perbelanjaan; SMS Charity, Phone-banking/ATM, penjemputan donasi). Bagi lembaga mitra, organisasi membuka kesempatan magang atau serangkaian pelatihan. Kedua, benefit selling, yaitu apa yang akan didapatkan stakeholder ketika mempercayakan amanahnya pada organisasi kita. Bagi donatur, mereka mendapat kartu diskon, kiriman bahan-bahan informasi, ID Number, laporan “rekening koran” per-triwulan, atau kesempatan melakukan wisata sosial, dan sebagainya. Bagi lembaga mitra atau jejaring, bisa melakukan co-branding dan penguatan citra. Bagi beneficiaries, mereka tentu mendapatkan layanan sosial lewat berbagai program, misalnya untuk isu kesehatan, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, relief ataupun layanan karitatif. Ketiga, solution selling, yang menawarkan diri untuk mengatasi problem yang dialami oleh “customer”. Misalnya, donatur lembaga zakat memperoleh layanan konsultasi zakat, konsultasi keagamaan dan penghitungan zakat. Bagi lembaga mitra/jejaring, ada kesempatan memperoleh technical assistance untuk manajemen organisasi, fundraising, dll. Prinsip (7) Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah menghindarkan organisasi nirlaba yang Anda kelola dari pencitraan seperti kebanyakan organisasi nirlaba. Untuk itu, mulailah mengatur langkah untuk dikenal, khususnya di tengah sasaran utama Anda. Setelah dikenal, upayakan orang mengasosiasikan organisasi Anda sebagaimana yang Anda maksudkan. Jangan sampai stakeholder/konstituen keliru mempersepsikan organisasi Anda. Segenap aktivitas membangun brand, lakukan sekomunikatif mungkin, hindari cara-cara yang menyulitkan orang memahami organisasi Anda. Jika organisasi Anda belum seberapa dikenal, salah satu taktiknya, Anda bisa melakukan co-branding, bergandengan dengan organisasi yang lebih kuat dalam sejumlah event secara intensif. Tips membangun merk (branding): Pertama, jangan pandang remeh nama organisasi Anda. Jadikan nama organisasi nirlaba Anda diketahui orang banyak, sekaligus bangun asosiasi apa yang diharapkan akan lekat dengan nama organisasi nirlaba tempat anda berkiprah. Kedua, setiap orang dalam organisasi nirlaba, wajib membangun brand organisasi. Walau awalnya dari lingkungan kecil, secara bertahap perluas itu, misalnya dnegan rajin memuat organisasi Anda di media massa. Publikasi, adalah salah satu usaha branding. Ketiga, jaga nama baik organisasi, sekalipun dalam usaha menjaga nama baik, kadang memerlukan biaya. Rugi materi sejenak, tidak apa-apa, asal jangan kehilangan nama baik. Tercemarnya nama baik organisasi, bisa lebih besar kerugiannya daripada yang Anda duga. Prinsip (8). Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual. Servis intelektual, bagaimana Anda belajar memberi servis yang baik, bisa mengacu pada service quality (ServQual). Bagi sebuah organisasi, aktivisnya hadir sebagai pribadi yang bisa diandalkan (reliable); buatlah orang yang Anda layani merasa diprioritaskan; yakinkan stakeholder, mereka dilayani sebaik-baiknya. Buatlah sedemikian rupa, sehingga apapun yang dilakukan organisasi Anda, itu dilakukan karena organisasi faham benar pekerjaannya. Jangan lupa, setiap personal organisasi menjalankan prinsip terakhir servis: selalu tampil rapi sebagai sesuatu yang kasat mata/tangible. Tingkatan servis yang emosional: layanan dilakukan dengan penghayatan. Setiap personalnya sanggup bekerja dengan suka hati, they like to do it. Tanpa itu layanan akan hambar. Selamatkan personal organisasi nirlaba dari perasaan minder karena harus melayani. Perasaan rendah saat melayani, sulit menghasilkan layanan yang baik. Pesankan dalam diri setiap personal organisasi nirlaba, dalam pelayanan, selalu feel good. Setiap orang dilatih good mood, selalu. Jika layanan dilakukan dalam mood jelek, yang dihadapi juga sedang jelek, hasilnya: kerap salah faham, salah mengerti, memicu hal yang tak diinginkan. Tingkatan servis tertinggi, servis yang bersifat spiritual. Setiap servis yang dijalankan personal organisasi diyakini sebagai ibadah. Setiap personal yang bekerja di dalam organisasi nirlaba, melihat apa yang dikerjakannya sudah menjadi permintaan Tuhan. Kalau risih dipandang setinggi itu, minimal, tugas personil organisasi nirlaba di dunia ini untuk melayani orang lain dalam wujud yang berbeda-beda. Dalam level spiritual, manajer marketing organisasi nirlaba melakukan pekerjaannya bukan sekadar karena tugas intelektual atau karena ia menyukai pekerjaannya, tetapi juga karena ia merasa harus melakukan itu, I have to do something. Karena kehadirannya di dunia ini, untuk berbuat sesuatu. Jika dalam diri personal organisasi nirlaba ada spirit yang bersih, bahwa itu adalah kekuatan yang diridhoi Tuhan, output berupa layanan biasanya merupakan layanan terbaik yang bisa dilakukan organisasi Anda. Tips Melayani Stakeholder sebagai Way Of Life: Pertama, kuasai teknik servis. Itu baru pada intelektual level; Kedua, personal organisasi nirlaba wajib berkesanggupan mengontrol mood maupun mengidentifikasi mood orang lain. Ini berguna dalam memberi empati secara benar terhadap stakeholder yang dilayaninya. Ketiga, kemantapan layanan, bisa diberikan dengan kesadaran bahwa servis organisasi nirlaba adalah tugasnya di dunia. Sebagai manusia, aktivis organisasi nirlaba meyakini apa yang dilakukannya adalah tugas, amanah Tuhan. Layanan yang tulus, insyaAllah mendongkrak value dan brand organisasi nirlaba yang Anda kelola. Prinsip (9). Process: improve your quality, cost, and delivery. Proses, tak lebih dari QCD – quality, cost, delivery. Selalulah berpikir memberi layanan berkualitas, hemat biaya, dan tepat waktu. Proses yang wajib dijalani: Pertama, delivery order regular, apa yang dikerjakan sebuah organisasi nirlaba, lakukan dengan benar, dengan kualitas layanan terbaik, efisien dan on time sehingga orang akan percaya pada organisasi Anda. Kedua, memproses customer complaint atau customer handling sebaik-baiknya. Kritik, saran, permintaan informasi, layani dengan baik, tempatkan personil yang benar-benar sesuai untuk tugas ini. Ketiga, selalu memproses hal baru, ragam layanan baru, inovatif, kreatif. Saat berinovasi, tetap dalam koridor kesadaran akan kualitas, efisiensi dan delivery. Jangan selalu menjadi mengekor, siagalah untuk selalu menjadi pioner, sehingga Anda akan selalu diingat stakeholder. Penulis: Ir. Nana Mintarti, MP Direktur Utama IMZ]]>