Jakarta (30/6) Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan klasik dalam aspek pembangunan terutama masih adanya ketimpangan yang nyata antara wilayah perkotaan dan perdesaan, Jawa dan luar Jawa serta distribusi pendapatan yang tidak merata dalam menikmati hasil pembangunan. Begitupun pada tingkatan yang lebih kecil, kesenjangan juga seringkali terjadi antar komunitas pada suatu wilayah. Dengan adanya pemasalahan inilah perlu adanya suatu strategi penerapan program pemberdayagunaan yang tepat sasaran dan tentunya program ini digerakan oleh para leader-leader social yang memiliki komitemen tinggi dalam perubahan di masyarakat. Komitmen perubahan ini dibuktikan oleh 30 aktivis social dari berbagai lembaga, LAZ dan BAZ se Indonesia, dalam berperan serta di Training “Strategi Mendesain Program Pemberdayaunaan Berbasis Komunitas” di Hotel Sofyan Betawi selama dua hari ini (29-30 juni). Training yang digagas oleh Indonesia Magnificence Of Zakat (IMZ) ini bertujuan menguatkan leader-leader social dalam mematangkan program lembaganya agat tepat sasaran dan terencana dengan baik melalui penerapan Logical Framework Analysis (LFA). Ada hal penting dalam penyusunan suatu program pendayagunaan yaitu; Tahap Identifikasi, Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan dan Monitoring serta Tahap Evaluasi. Melalui training ini akan dikemukakan bagaimana menerapkannya sehingga mampu membantu dalam membuat suatu program yang efektif. Menurut Zaim Saidi , Logframe atau biasa juga diistilahkan dengan logical framework atau di Indonesiakan kerangka kerja logis, dikatakan demikian, karena kerangka ini yang akan dipakai dalam pengorganisasian program bahkan tahap-tahap berikutnya . Hal ini penting dipakai untuk pengorganisasian karena orang-orang yang terlibat dalam program dengan kerangka ini akan selalu : berpikir terorganisir, dapat menghubungkan kegiatan-investasi-hasil, dan dapat digunakan untuk menetapkan indikator kinerja serta pengalokasikan tanggung jawab. LFA juga dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan tepat dan jelas, dapat juga digunakan untuk menyesuaikan dengan keadaan yang tiba-tiba berubah dan dengan kerangka logis ini pemegang program dapat memperhitungkan resiko kemungkinan kesalahan dari perencanaan yang telah dibuat dengan baik dan benar Jadi sangatlah sempurna digunakan sebagai metode dalam menyelenggarakan suatu program, tambah Tendy Satrio Direktur Masyarakat Mandiri . Selama training berlansung, secara kelompok peserta melakukan studi kasus dan mempraktekan cara-cara bagaimana mendidentifikasi suatu program, mengevaluasi, menginventarisir penanganan resiko serta menyusun tahapan program dalam kerangka kerja logis. Dengan praktek ini peserta dapat memahami secara jelas alur-alur yang harus dibuat dalam penerapan program pemberdayaan. Menurut Nana Mintarti : Suatu program pada umumnya berangkat dari suatu permasalahan yang dihadapi untuk dicarikan jalan keluarnya. Problem Tree Analysis (Analis Pohon Masalah) bisa menjadi salah satu metode untuk pengalian atau identifikasi masalah, dengan metode ini kunci masalah dan penyebab utama akan teridentifikasi secara jelas, pihak-pihak yang terkait dalam programpun diberi kesempatan untuk mengali permasalahan yang ada dan desain akhir program akan memberikan cara-cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Goal (tujuan akhir) yang akan dicapai oleh sebuah program, menurut direktur utama IMZ harus berupa perbaikan keadaan masyarakat baik dalam skala nasional maupun sektoral. Diharapkan setelah memahami metode ini, program pemberdayaan yang akan di canangkan oleh sebuah lembaga dapat dianalisa secara detail dan menghasilkan program yang tepat sasaran. (tatiek)]]>